Khutbah Jum'at (21/01/22): Meraih Manisnya Keimanan
Bismillah...
Assalamu'alaiukum wr.wb.
Khutbah Jum'at 21-01-22 Masjid Al-Muhajirin Antapani Kidul, membahas tema tentang "Meraih Manisnya Keimanan" yang disampaikan Imam/Khotib: Ust. H.Nur Ihsan Jundulloh Lc.
Berikut inti khutbahnya..
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Ada tiga hal, yang jika ini ada pada diri seseorang maka dia akan mendapatkan manisnya iman; Allah dan rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dan Tidaklah dia mencitai orang lain melainkan karena Allah, dan dia membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Iman itu suatu perjuangan yang akan terasa manisnya jika telah melalui suatu proses internalisasi nilai-nilai keimanan dalam hati yang kemudian diimplementasikan dalam tindakan nyata. Rasulullah SAW memberikan tiga tips agar dalam memperjuangkan iman ini berbuah manis bagi siapapun yang dapat melakukannya.
Iman akan terasa manis di dalam jiwa jika terpenuhi tiga syarat sesuai di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ ِممَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَيُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ “
Ada tiga perkara, yang apabila ketiganya ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan rasa manisnya iman. Yaitu: apabila Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada yang selain keduanya, apabila ia menyintai seseorang, namun ia tidak menyintainya kecuali karena Allah. Dan apabila ia membenci untuk kembali ke dalam kekafiran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, seperti halnya ia membenci jika ia dilemparkan ke dalam api.”
Syarat yang pertama sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas, yakni :
مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ ِممَّا سِوَاهُمَ “
Apabila Allah dan RasulNya lebih dicintai dari selainya” Mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada yang lain tentu bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan keimanan yang kokoh dan ikhlas. Sebab bisa jadi dalam kehidupan kita lebih mencintai keluarga, harta, pekerjaan, hobi, jabatan, kedudukan, melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ketika Allah memanggil kita untuk menunaikan shalat, kita sibuk dengan pekerjaan dan melupakan panggilan tersebut. Ketika diminta untuk zakat dan sedekah, kita terkadang kikir dan tak mau peduli. Ketika kita diminta untuk menunaikan haji, kita pura-pura tidak sanggup padahal kita sudah mampu melaksanakan. Jadi keseharian kita, harus senantiasa berlatih agar kita bisa mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dari pada cinta kepada yang lainya.
Kedua dari manisnya iman: وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَيُحِبُّهُ إِلاَّ لله
“Ketika mencintai seseorang, maka cintailah karena Allah” Terkadang mencintai orang lain karena ada motif atau tujuan tertentu. Kita mencintai orantua bisa jadi karena warisan, mencintai istri bisa jadi karena ingin mendapatkan kepuasan dan bisa jadi pula kita mencintai orang-orang di sekeliling kita agar memperoleh harta, pangkat, kehormatan, dan lainnya.
Semua motif tersebut bukan cinta karena Allah. Kalo cinta kita tulus karena Allah, tentu kita mencintai tulus karena Allah, tentu kita mencintai seseorang bukan karena motif tertentu tetapi semata-mata karena Allah.
Ketiga, adapun syarat yang ketiga guna meraih manisnya iman adalah :
وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Benci untuk kembali ke dalam kekafiran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, seperti halnya ia membenci jika ia dilemparkan ke dalam api.” Benci kembali kepada kekufuran merupakan sifat seseorang mukmin yang ingin memperoleh manisnya iman. Kembali kepada kekufuran artinya terus menerus melakukan kekufuran padahal ia telah di tujukan jalan yang benar.
Semoga bermanfaat...//rud/nas
Komentar
Posting Komentar