Mewaspadai Aliran Sesat


Catatan: Beberapa waktu lalu, DKM Al-Muhajirin Antapani Kidul mengundang KH Athian Ali Dai. Acara yang berlangsung di Masjid Al-Muhajirin itu mengupas topik Mewaspadai Aliran Sesat.

Berikut kupasannya...
Berbagai aliran atau kelompok sesat yang memakai atribut dan nama-nama Islam, sesungguhnya memiliki potensi lebih besar dalam mendangkalkan akidah umat Muslim. Bila berkaca dari pengalaman sejarah di negeri ini, maka hal tersebut memang benar adanya.

Pada dekade 1960-an, masyarakat kita pernah dihebohkan dengan kemunculan kelompok yang menamakan dirinya ‘Islam Murni’ alias ‘Islam Jamaah’. Dari namanya saja sudah terdengar begitu indah.

Padahal, kelompok ini memiliki paham yang justru menyimpang dari ajaran Islam. Salah satunya, mengafirkan orang-orang Muslim yang berada di luar mereka, sekalipun itu adalah keluarga sendiri. Dalam ilmu akidah, paham ini dikenal dengan istilah ‘takfir’.

Tak hanya itu, mereka juga menganggap umat Muslim yang bukan segolongan dengan mereka sebagai najis. Jika ada orang luar melakukan shalat di masjid milik Islam Jamaah, maka bekas tempat shalatnya akan dicuci karena dianggap sudah tidak suci lagi.

Selain itu, kelompok ini juga mengharamkan anggotanya belajar agama Islam, Alquran, dan Hadis selain kepada imam atau amir mereka.

Pada masa Orde Baru, Islam Jamaah dibubarkan pemerintah karena dinilai sudah menimbulkan keresahan di kalangan umat. Namun, sisa-sisa kelompok ini belakangan ternyata ‘bereinkarnasi’ lagi dengan nama baru.

Beberapa tahun lalu, umat Muslim di Tanah Air juga disibukkan oleh persoalan Ahmadiyah. Seperti Islam Jamaah, kelompok ini yang juga menggunakan atribut-atribut Islam dalam pergerakannya. Soal kesesatan Ahmadiyah, saya sudah diketahui oleh semua kalangan, termasuk pelarangan 
dari MUI.

Bagi orang awam atau mereka yang baru pertama kali mendengar nama Islam Murni, Islam Jamaah, dan Ahmadiyah, mungkin akan berpikiran bahwa kelompok-kelompok tersebut memang benar-benar Islami. Padahal, pemahaman yang mereka ajarkan justru melenceng jauh dari prinsip-prinsip Islam.

Bahkan untuk Ahmadiyah, para ulama telah sepakat menyatakan mereka bukan bagian dari Islam. Karena itulah, umat perlu mewaspadai keberadaan aliran sesat yang menggunakan atribut Islam dalam setiap pergerakannya.

Bagaimana mengenali kesesatan ajaran yang ditanamkan oleh sebuah kelompok? Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat digolongkan tersesat.

Suatu paham atau aliran keagamaan yang memakai atribut Islam dapat dinyatakan sesat bila memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria berikut:

– Mengingkari rukun iman dan rukun Islam.
– Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar’i (Alquran dan as-Sunnah).
– Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
– Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.
– Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.
– Mengingkari kedudukan Hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
– Melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul.
– Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
– Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.
– Mengkafirkan kaum Muslim tanpa dalil syar’i.


Ada tiga alasan mengapa masyarakat bisa terajak untuk mengikuti ajaran sesat dengan mudah.

“Pertama, karena ketidakmengertian dan ketidakpahaman umat terhadap hal yang benar dan yang salah menurut aturan Allah,” ujar Ustaz Athian.

Menurutnya, ketidakpahaman tersebut muncul karena banyak umat Islam yang tidak mempelajari Islam dan isi Al-Quran secara keseluruhan. Akibatnya, mereka mudah dipengaruhi dengan pola pikir sesat. Karena akidah mereka tidak terbangun dengan kuat, katanya, maka sulit pula menyadarkan mereka ke ajaran yang benar.

“Kedua, banyak aliran sesat yang menjanjikan Surga tanpa harus bersusah payah beribadah. Misalnya ajaran Syiah. Anda bisa masuk Surga tanpa harus melaksanakan salat wajib lima waktu. Salat mereka hanya tiga waktu,” sambungnya.

Alasan ketiga, lanjutnya, adalah dihalalkannya perzinahan. Ia berpendapat, hampir semua aliran sesat menghalalkan perzinahan. Bahkan di ajaran Syiah, ujarnya, mereka menganjurkan nikah mut’ah (nikah kontrak).

“Menurut kitab Syiah, orang yang melakukan nikah Mut’ah akan terlepas dari api neraka. Dosa-dosanya diampuni, terutama bagi perempuan yang melakukannya. Sungguh ajaran yang keji dan sangat tidak memuliakan kaum perempuan,” ungkap Ustaz Athian.

Ustaz Athian berpesan, umat Islam sepatutnya terus berupaya mendekatkan diri pada Allah dalam kondisi apapun. “Dengan begitu, kita bisa membedakan hal yang benar dan yang salah dalam pandangan Allah. Insya Allah, Allah akan menuntun kita menuju jalan yang diridhoi-Nya,” pungkasnya
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Promo Perumahan Eksklusif Taman Firdaus

Keutamaan membaca shalawat

Ucapan Terima Kasih dan Serba Serbi Idul Kurban