Wabah Penyakit Menular dalam Pandangan Islam
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Wabah Penyakit pernah terjadi dalam Sejarah Islam. Lalu bagaimana cara menyikapi dan solusinya?
Saat ini umat manusia dihadapkan pada masalah serius di muka bumi ini. Biangnya, karena aksi suatu binatang ciptaan atau makhluk Allah yg tak tampak dilihat mata. Itu dia si Virus Corona yang kini menggegerkan dunia.
Karuan saja membuat seisi bumi begitu cemas dan miris, kalau tak mau dibilang begitu mengerikan dan bikin bergidik...
Syahdan, membuat seluruh kekuatan, baik berupa senjata, serdadu, hingga keangkuhaan manusia bertekuk lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah Ta'ala..
Tampaknya begitulah sejatinya garis sunatullah yang tengah diciptakan sang Ilahi...
Allah Ta'ala tampaknya tengah menghancurkan tingginya kesombongan manusia, hanya dengan mengerahkan salah satu tentarnya, melalui suatu makhluk cipptanNya yang sangat kecil.
Tentu saja, agar warga manusia kembali pada pujian atas kebesaranNya. Agar mereka yang sombong runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Raja Namrud yg mati hina karena seekor lalat yang merangsek dalam lubang telingnya.
Bagaimana Islam bersikap..?
Indahnya agama Islam ini, karena semua masalah di dunia sesungguhnya sudah ada dan tersedia solusinya..
Apalagi jika mencontoh cara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dan para sahabatnya dalam mengatasi berbagai persoalan dunia, termasuk cara penanganan wabah penyakit. Beliau, Rasulullah SAW dan para Sahabatnya adalah orang-orang paling berjasa dalam membimbing kehidupan kita
Berikut kisahnya yang dikupas secara detail dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu karya Syaikh Ali Ash Shalabi..
Pada Tahun 18 Hijriah
Hari itu Khalifah Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.
Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut.
"Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jauhilah dan berpencarlah dengan menempati gunung-gunung.."
Mereka pun berpencar dan menempati gunung-gunung.
Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang bisa dibakar..
Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu bersikap..
Maka inilah panduan dan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk kita semua
▪Pertama:
Karantina
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam diatas,
Maka itulah konsep karantina yang hari ini kita kenal.
Mengisolasi daerah yang terkena wabah..
Seluruh negara menjalaninya..
Namun, anehnya ada negara yang entah darimana mengambil petunjuknya,
Negara tsb malah menyuruh orang2 masuk karena dalih mengamankan ekonomi dan pariwisata.
Semoga Allah Ta'ala melindungi semua penduduk negara tersebut
Kedua: "Bersabar"
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
"Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin"
Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah Ta'ala tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid (HR. Bukhari dan Ahmad)
Masya Allah.. ternyata mati syahid lah balasan itu.. sesuatu yang didambakan kaum muslimin.
Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah menyapa kita, berharaplah syahid..
Ketiga, "Berbaik sangka dan berikhtiarlah"
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
"Tidaklah Allah Ta'ala menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya (HR. Bukhari)
Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu berikhtiar menghindarinya serta Amr bin Ash berikhtiar menghapusnya.
Keempat: "Banyak berdoalah"
Dan doa-dia keselamatan itu sudah kita lafadzkan di setiap pagi dan sore.
Bismillahilladzi laa yadhurru maasmihi, say'un fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim
(Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui)
Barang siapa yang membaca dzikir tsb 3x dipagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya*
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Yang terakhir, Kelima, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar..
Menjaga jarak dr keramaian dan menahan diri untuk dirumah
Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar, mereka menyebutnya social distancing..
Sesungguhnya semua solusi permasalahan dunia itu sudah ada contoh dan petunjuknya dalam Islam. Termasuk ikhtiar dengan karantina atau menjaga diri dari keramaian (social distancing) yang justru saat ini dilakukan oleh orang-orang kafir. Walaupun mereka tidak mempunyai solusi Langit, layaknya melalui akktifitas ibadah dan panjatan doa.
Bersabar, berkeyakinan dan berbaik sangka atas ketetapan Allah, serta berdoa, dan bahkan imbalan mati Syahid tentu saja merupakan cara kita paling bijak untuk menyikapinya..
Mari kita sikapi datangnya Pandemi Convid-19 ini secara rasional, bijak dan terukur. Mengambil solusi seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Dan tentu saja kita tidak patut bersikap terlalu abai, apalagi bertindak lebay. Ah, ente ini...!!!
Wabah Penyakit pernah terjadi dalam Sejarah Islam. Lalu bagaimana cara menyikapi dan solusinya?
Saat ini umat manusia dihadapkan pada masalah serius di muka bumi ini. Biangnya, karena aksi suatu binatang ciptaan atau makhluk Allah yg tak tampak dilihat mata. Itu dia si Virus Corona yang kini menggegerkan dunia.
Karuan saja membuat seisi bumi begitu cemas dan miris, kalau tak mau dibilang begitu mengerikan dan bikin bergidik...
Syahdan, membuat seluruh kekuatan, baik berupa senjata, serdadu, hingga keangkuhaan manusia bertekuk lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah Ta'ala..
Tampaknya begitulah sejatinya garis sunatullah yang tengah diciptakan sang Ilahi...
Allah Ta'ala tampaknya tengah menghancurkan tingginya kesombongan manusia, hanya dengan mengerahkan salah satu tentarnya, melalui suatu makhluk cipptanNya yang sangat kecil.
Tentu saja, agar warga manusia kembali pada pujian atas kebesaranNya. Agar mereka yang sombong runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Raja Namrud yg mati hina karena seekor lalat yang merangsek dalam lubang telingnya.
Bagaimana Islam bersikap..?
Indahnya agama Islam ini, karena semua masalah di dunia sesungguhnya sudah ada dan tersedia solusinya..
Apalagi jika mencontoh cara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dan para sahabatnya dalam mengatasi berbagai persoalan dunia, termasuk cara penanganan wabah penyakit. Beliau, Rasulullah SAW dan para Sahabatnya adalah orang-orang paling berjasa dalam membimbing kehidupan kita
Berikut kisahnya yang dikupas secara detail dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu karya Syaikh Ali Ash Shalabi..
Pada Tahun 18 Hijriah
Hari itu Khalifah Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.
Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut.
Sebuah penyakit menular, seperti munculnya benjolan di seluruh tubuh yang kemudian pecah hingga mengakibatkan pendarahan.
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar Radhiyallahu 'anhu, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.
Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah..
Umar yang cerdas meminta saran kaum muhajirin, anshar, dan orang2 yg ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..
Bahkan Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah Ta'ala ?
Lalu Umar Radhiyallahu 'anhu menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah.
Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain.
Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu 'anhu mengucapkan hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam .
*Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya (HR. Bukhari & Muslim)
Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah.. Umar Radhiyallahu 'anhu merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yang dikaguminya, Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu .. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah.
Namun beliau adalah Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya..
Umar Radhiyallahu 'anhu pun menangis membaca surat balasan itu..
Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha'un dinegeri Syam.
Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu..
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhu memimpin Syam
Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam
Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini..
Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhu berkata:
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar Radhiyallahu 'anhu, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.
Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah..
Umar yang cerdas meminta saran kaum muhajirin, anshar, dan orang2 yg ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..
Bahkan Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah Ta'ala ?
Lalu Umar Radhiyallahu 'anhu menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah.
Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain.
Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu 'anhu mengucapkan hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam .
*Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya (HR. Bukhari & Muslim)
Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah.. Umar Radhiyallahu 'anhu merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yang dikaguminya, Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu .. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah.
Namun beliau adalah Abu Ubaidah Radhiyallahu 'anhu, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya..
Umar Radhiyallahu 'anhu pun menangis membaca surat balasan itu..
Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha'un dinegeri Syam.
Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu..
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhu memimpin Syam
Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam
Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini..
Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhu berkata:
"Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jauhilah dan berpencarlah dengan menempati gunung-gunung.."
Mereka pun berpencar dan menempati gunung-gunung.
Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang bisa dibakar..
Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu bersikap..
Maka inilah panduan dan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk kita semua
▪Pertama:
Karantina
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam diatas,
Maka itulah konsep karantina yang hari ini kita kenal.
Mengisolasi daerah yang terkena wabah..
Seluruh negara menjalaninya..
Namun, anehnya ada negara yang entah darimana mengambil petunjuknya,
Negara tsb malah menyuruh orang2 masuk karena dalih mengamankan ekonomi dan pariwisata.
Semoga Allah Ta'ala melindungi semua penduduk negara tersebut
Kedua: "Bersabar"
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
"Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin"
Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah Ta'ala tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid (HR. Bukhari dan Ahmad)
Masya Allah.. ternyata mati syahid lah balasan itu.. sesuatu yang didambakan kaum muslimin.
Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah menyapa kita, berharaplah syahid..
Ketiga, "Berbaik sangka dan berikhtiarlah"
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
"Tidaklah Allah Ta'ala menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya (HR. Bukhari)
Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu berikhtiar menghindarinya serta Amr bin Ash berikhtiar menghapusnya.
Keempat: "Banyak berdoalah"
Dan doa-dia keselamatan itu sudah kita lafadzkan di setiap pagi dan sore.
Bismillahilladzi laa yadhurru maasmihi, say'un fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim
(Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui)
Barang siapa yang membaca dzikir tsb 3x dipagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya*
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Yang terakhir, Kelima, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar..
Menjaga jarak dr keramaian dan menahan diri untuk dirumah
Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar, mereka menyebutnya social distancing..
Sesungguhnya semua solusi permasalahan dunia itu sudah ada contoh dan petunjuknya dalam Islam. Termasuk ikhtiar dengan karantina atau menjaga diri dari keramaian (social distancing) yang justru saat ini dilakukan oleh orang-orang kafir. Walaupun mereka tidak mempunyai solusi Langit, layaknya melalui akktifitas ibadah dan panjatan doa.
Bersabar, berkeyakinan dan berbaik sangka atas ketetapan Allah, serta berdoa, dan bahkan imbalan mati Syahid tentu saja merupakan cara kita paling bijak untuk menyikapinya..
Mari kita sikapi datangnya Pandemi Convid-19 ini secara rasional, bijak dan terukur. Mengambil solusi seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Dan tentu saja kita tidak patut bersikap terlalu abai, apalagi bertindak lebay. Ah, ente ini...!!!
(editing/nas)
Komentar
Posting Komentar