Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Pingpong Silaturahmi: "Tim Nurul Iman RW-09 Libas Tim Al-Muhajirin RW-10 dengan 6 : 2"

Gambar
Sebelum bertanding kedua tim berfoto bersama Pertandingan Pembuka Eksekutif Kehormatan Sambutan Ketua RW-10, Kang H. Dede Amar Sambutan Ketua DKM Al-Muhajirin, Kang H. Sigit Tim Nurul Iman RW-09 berhasil melibas Tim Al-Muhajirin RW-10 dengan score 6 - 3. Sementara dalam Partai Single (Partai Tambahan), Tim Nurul Iman RW-09 juga unggul dengan score 5 - 2. Pertandingan dalam sembilan partai double dan tujuh partai single tambahan itu membuat Tim Al-Muhajirin harus mengakui keunggulan dan kualitas permainan yang ditunjukkan tim Nurul Iman RW-09. Hal itu merupakan hasil pertandingan Tenis Meja Silaturahmi antara Tim Nurul Iman RW-09 dengan Tim Al-Muhajirin RW-10, yang digelar di Pelataran Depan Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul, Sabtu Pagi (26/02/22). Menanggapi kekalahan itu, Ketua RW-10, Kang H. Dede Amar (Kang Dammar), menyatakan bahwa wajar saja apabila Tim kami dapat dikalahkan. Selain jarang latihan, juga kami memang belum terbiasa menghadapi event seperti ini. "Jadi kami

Imam Asrofi: "Tanda-Tanda Kemunduran Islam"

Gambar
Khotib Jum'at Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul, menampilkan Imam/Khotib: Ust. Dr. Imam Asrofi,M.PD.I.,M.M.Pd (Ketua MUI Kecamatan Antapani Kidul Kota Bandung yang juga sebagai salah Satu Dosen FKIP B.ARAB UNINUS BANDUNG. Adapun tema khutbah yang disampaikan "Tanda-Tanda Kemunduran Islam. Beberapa inti khutbahnya sebagai berikut: 1. Akan datang sebuah masa/zaman dimana manusia secara kuantitas luar biasa banyaknya tapi secara kualitas dipertanyakan. Umat Islam bagai buih di lautan terombang-ambing kemana angin bertiup. 2. Banyak kerusakan/kemaksiatan di muka bumi ini sehingga Islam hanyalah sebagai simbolik saja. Para pejabat/pemimpin walau telah disumpah jabatan dengan kitab suci, tapi masih tetap melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang merugikan rakyat. 3. Akan ada suatu jaman dimana Alquran hanya tinggal tulisan saja, di satu pihak banyak rumah tahfiz/pesantren mencetak para tahfiz Alquran, sementara di pihak lain tidak sedikit yang masih belum bisa membaca Alqura